Puteri Kayangan
Pada
suatu hari Sangaji (Raja Bima) pergi berburu di hutan sebelah utara. Ia pergi
tanpa sepengetahuan para pengawalnya. Ia ke sana menggunakan kuda
kesayangannya. Manggila Nama kuda itu. Manggila sangat kuat, cepat larinya,
serta patuh. Sementara itu hari sudah beranjak sore. Tak satupun rusa yang
didapatkan. Tiba-tiba ia mendengar suara canda tawa dari arah telaga yang tidak jauh dari tempat ia
berburu. tujuh
orang bidadari yang sedang mandi di sebuah telaga di tengah hutan itu.
Sangaji mengintip dan mengambil
selendang salah seorang yang paling bungsu di antara mereka. Lalu Sangaji
menyembunyikan selendang itu. Tak lama kemudian bidadari-bidadari itu terbang
ke khayangan. Tinggallah seorang yang bungsu di antara mereka. Ia menangis tersedu-sedu
karena selendangnya tidak ada. Sangaji
datang menghampiri dan membujuk gadis itu. Nama gadis itu adalah Puteri Indah.
Akhirnya gadis itupun menerima tawaran Sangaji. Mereka berdua pergi ke istana
Bima dan melangsungkan perkawinan.
Pada saat Puteri Indah sedang hamil
tua, saudara-saudaranya datang mengajaknya untuk kembali ke khayangan. Namun
puteri Indah menolak karena belum melahirkan. Akhirnya ditunggulah sampai ia
melahirkan. Tak lama kemudian Puteri Indah melahirkan seorang bayi perempuan yang
sangat cantik. Barulah ia menyusun
siasat untuk terbang ke angkasa.
Apakah gerangan siasat itu ?
Puteri Indah menyuruh Sangaji untuk
berburu rusa yang tidak punya hati. Sangaji mengabulkan dan diburulah rusa yang
tak punya hati itu. Seluruh rusa yangberhasil diburu disembelih untuk mengecek
hatinya. Namun hasilnya tetap sia-sia saja. Akhirnya Sangaji menghentikan
pencarian rusa itu. Dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Puteri Indah untuk
mengambil selendang dan terbang ke angkasa.
Sangaji sangat rindu kepada
istrinya. Apalagi anaknya semakin besar dan sering nangis memanggil ibunya.
Akhirnya ia memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju kerajaan kayangan.
Manggila adalah satu-satunya kendaraan yang digunakan untuk menuju ke tempat
itu.
Setibanya di kerajaan kayangan, ia
beristirahat dan berteduh di bawah sebuah pohon yang rindang. Dan tak jauh dari
pohon itu terdapat sebuah sumur.
Beberapa saat lamanya tiba-tiba datang seorang gadis yang sangat cantik
parasnya. Gadis itu adalah dayang-dayang dari kerajaan kayangan. Sangaji
menyapa gadis itu yang sedang menimba air di sumur. Lalu Sangaji berpura-pura
membantu mengangkat pundi air di atas kepala gadis itu. Dan kesempatan itu
digunakan Sangaji untuk memasukan cincinnya ke dalam pundi air itu.
Ternyata air yang diambil oleh
dayang tadi adalah air untuk memandikan Puteri Indah. Ketika air itu tumpah di
depannya, jatuhlah cincin Sangaji. Puteri Indah kaget dan heran. Sehingga pada
malam harinya ia bertanya kepada dayang yang mengambil air itu. Setelah mendapat
penjelasan dari dayang itu, tahulah ia bahwa Sangaji bermaksud untuk datang
menjemputnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menemui Sangaji di sumur tempat
mengambil air. Namun sayang sekali, Sangaji lebih dahulu tertangkap pasukan
kerajaan kayangan.
Setelah tertangkap, Sangaji
dihadapkan kepada Raja kayangan. Sangaji ditanya dengan berbagai macam
pertanyaan. Raja mau menghukum Sangaji. Namun salah seorang pejabat kerajaan
mengajukan usulan.
“ Mohon ampun baginda, sebelum kita
menghukumnya mungkin ada baiknya kita menguji kemampuan dan kesaktian dari
orang ini.”
“ Baiklah. Tetapi bagaimana jika ia
mampu melewati ujian itu ?” Raja bertanya kembali kepada pejabat itu.
“ Saya yakin dia tidak akan mampu
baginda.” Jawab pejabat itu dengan penuh keyakinan.
“ Bagaimana carannya ?” Raja ingin
tahu. Lalu pejabat itu berbisik kepada rajanya.
Hari
ujian telah tiba. Sangaji dikeluarkan dari kurungan menuju ke tempat ujian.
Seluruh lantai telah penuh dengan air madu. Sangaji diperintahkan untuk menelan
habis seluruh madu itu. Namun sebelum
memulai, tiba-tiba raja semut datang menghampiri seraya berkata.“ Jangan takut
baginda. Saya akan memerintahkan seluruh semut untuk menghabiskan air madu
itu.”
Mendengar kesediaan dari raja semut,
dengan tenang Sangaji menelan air madu yang berserahkan di lantai. Sementara
petugas yang memang telah siap untuk memenggal kepalanya telah siap dengan
parang terhunus. Namun dalam waktu sekejap, seluruh semut berjubel dan bahu
membahu membantu Sangaji untuk menghabiskan air madu itu. Leher Sangaji Lolos
dari penggalan.
Ujian tahap kedua mulai dilakukan.
Kali ini dilakukan pada malam hari.
Seluruh lampu dimatikan. Sangaji diperintahkan untuk masuk ke sebuah kamar. Di dalamnya terdapat tujuh
buah ranjang. Dari ke tujuh ranjang itu, warnanya sama dan kelambunya juga
sama. Sangaji diperintahkan untuk menunjukkan kamar Puteri Indah. Namun sebelum
ia melangkah ke arah ranjang-ranjang itu, tiba-tiba seekor kunang-kunang
menghampiri dan berkata kepada Sangaji. “
Baginda, ikutilah kemana aku terbang, dan duduklah di ranjang yang aku
tunjukkan.”
Dengan penuh percaya diri Sangaji
melangkah ke arah ranjang yang ditunjukkan oleh kunang-kunang itu. Untuk kedua
kalinya Sangaji lolos dari maut. Ujian
yang terakhir adalah yang paling berat. Sangaji diperintahkan untuk menuju
kamar makan. Di sana telah tersedia tujuh piring makanan lengkap dengan lauk
pauknya. Dan makanan yang tersaji juga sama. Sangaji diperintahkan untuk
menunjukkan dimana sebenarnya piring dan makanan Puteri Indah. Sementara segelas
racun telah siap untuk dimasukkan ke dalam mulut Sangaji jika ia tidak berhasil
menunjukkan piring dan makanan Puteri Indah. Namun sebelum Sangaji melangkah ke
arah piring-piring itu, tiba-tiba muncul seekor lalat dan berkata kepada
Sangaji. “ Tenang Baginda.! Nanti Baginda duduk dan memegang piring dan makanan
yang saya hinggapi.”
Maka dengan tenang Sangaji melangkah
ke arah piring dan makanan yang dihinggapi oleh lalat itu. Akhirnya Sangaji
lolos dari maut. Beberapa hari kemudian, Sangaji dipanggil oleh Raja kayangan.
Sang Raja mengucapkan selamat kepada Sangaji karena telah berhasil menempuh
ujian itu. Dan sekaligus mengijinkan puterinya untuk hidup bersama Sangaji ke
bumi untuk selama-lamanya.(Cerita ini diedit dari Buku Temba Kolo, Alan Malingi
Post a Comment