Bima Di Simpang Rempah Dunia
Pasca kejatuhan konstatinopel pada tahun 1453 menyulitkan bangsa Eropa untuk mendapatkan berbagai produk di Asia terutama rempah. Turki menjalankan misi politik yang sulit bagi pedagang Eropa sehingga mengalami krisis perdagangan rempah-rempah yang sumbernya berasal dari Asia. Kondisi inilah yang mengawali era penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa Rempah, ya rempah menjadi awal era kolonial di nusantara.
Bima dengan pelabuhan alamnya yang indah, tenang dan damai telah menjadi jalur pelayaran dan perdagangan dunia sejak abad awal masehi. Berbagai catatan telah diabadikan oleh para musafir yang datang dan pergi dari tanah ini. Berbagai temuan seperti nekara di pulau Sangiang, Wadu Pa’a, Wadu tunti serta tinggalan arkeologi lainnya membuktikan bahwa Bima telah menjadi wilayah pertemuan arus peradaban dari timur-barat serta utara. Bima berada di tengah jalur maritim yang melintasi kepulauan Indonesia.Pelabuhan Bima telah disinggahi sekitar Abad 10. Waktu orang Portugis mulai menjelajahi kepulauan nusantara, Bima telah menjadi pusat perdagangan yang berarti. ( Henry Chambert Loir & Siti Maryam R. Salahuddin, BO Sangaji Kai, XV).
Tome Pires yang singgah di Bima pada tahun 1513 menyebut Bima memiliki banyak perahu, bahan makanan, daging, ikan, asam dan banyak terdapat kayu Sapang yang dibawa ke Maluku dan Malaka untuk dijual di Cina karena harga kayu Sapang di Cina relatif murah.Kayu Sapang asal Bima tipis dan ringan dibanding kayu Sapang asal Siam (Thailand) yang tebal dan lebih bermutu. “ Bima juga memiliki banyak budak dan banyak kuda yang dibawanya ke Jawa. Perdagangan di pulau itu ramai.Orangnya hitam berambut lurus. Terdapat banyak dusun, banyak orang dan banyak hutan. Orang yang berlayar ke Banda dan Maluku singgah di situ dan membeli berbagai jenis kain, yang kemudian dijualnya di Banda dan Maluku. Pulau ini juga mempunyai sedikit emas. Mata uang Jawa berlaku di situ “ ( Cortesao,1 : 203).
Jalur Rempah mencakup berbagai lintasan jalur budaya dari timur Asia hingga barat Eropa terhubung dengan Benua Amerika, Afrika dan Australia. Fenomena itu merupakan suatu lintasan peradaban bermacam bentuk, garis lurus, lingkaran, silang, bahkan berbentuk jejaring. Di Indonesia, wujud jalur perniagaan rempah mencakup banyak hal. Tidak hanya berdiri di satu titik penghasil rempah, namun juga mencakup berbagai titik yang bisa dijumpai di Indonesia dan membentuk suatu lintasan peradaban yang berkelanjutan.
Bima dalam pusaran kepulauan Sunda Kecil memiliki pelabuhan dengan banyak persediaan air dan tersuguh perbekalan makanan yang mumpuni. Inilah yang membuat banyak pedagang dari Timur dan Barat kerap mampir ke kepulauan ini. Pedagang-pedagang yang menggunakan pelayaran rute kuno selatan senantiasa singgah di sini, termasuk pedagang dari Banda. Sunda Kecil ( Bali dan Nusa Tenggara), menjadi pusat pelabuhan yang tak hanya populer di wilayah Timur Indonesia, namun juga di Nusantara. Sumbawa dan Bima menyediakan kayu pewarna untuk pedagang Malaka.
Kini, jejak rempah dunia dapat dilihat di peta rempah khusus untuk Nusa Tenggara Barat yaitu Lombok Dan Bima. Ya, Bima dengan segala pasang surut sejarahnya telah menjadi salah satu titik penting perdagangan rempah di masa silam. Bima berada di simpang rempah dunia meskipun tidak banyak menghasilkan rempah seperti Ternate, Tidore, banda dan daerah lainnya. Tetapi Bima telah tercatat sebagai bagian dari pertarungan, perebutan, perdagangan rempah dunia.
Sumber :
1. Razif & M. Fauzi. 2017. Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Adat Abad X-XVI: Kepulauan Banda, Jambi dan Pantai Utara Jawa. Direktorat Sejarah.
2. Laman Kemdikbud RI
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment