f Pesan Bijak Dari Padende - Alan Malingi | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Pesan Bijak Dari Padende

Situs Wadu Tunti
Pada FKN IX Bima September 2014, saya menemui teman-teman dari Badan Arkeologi Denpasar yang juga membangun stand di Arena FKN. Saya menanyakan berbagai hal terkait kegiatan arkeologi di Bima. Salah satunya adalah Situs Wadu Tunti di Padende-Donggo-Bima. Untuk diketahui oleh rekan-rekan pemerhati sejarah dan budaya Bima, bahwa situs itu sudah diteliti dan hasilnya berupa pesan-pesan moral dan petuah para tetua kepada generasinya agar senantiasa berlaku arif dan waspada dari bencana dan kehancuran negeri. Situs itu ditulis dalam aksara Jawa Kuno sekitar abad XIV dan sudah diterjemahkan oleh teman-teman dari Tim Arkeologi Denpasar. Yang mengherankan saya adalah siapa sesungguhnya Sang ngaji Sapalu yang terulis dalam penggalan huruf jawa kuno tersebut. Hal ini tentu perlu kita teliti lebih lanjut.
Berikut penggalan kalimat yang masih dapat terbaca dari Situs Wadu Tunti.


//ni wuhani.
nira sang lumiwat
ta wani winidhi sahilangnya......a
tani bhalang geni diuputan lani balutani
ngilang panini mahilangnya nira sang ngaji sapalu yiki
ba hanipuh apari sadatenga ni sapalu //
panglunga pidu rikasa//
.........sira sang ngangatura
.........ruwang nira sang ngaji
.........sapalu//.
Terjemahannya :
Ketahuilah
Beliau(Mereka) yang melewati tempat ini (Liwat)
berani ditentukan(dipilih) akan hilang...
.....melemparkan api,gugur(duputan) langit
hilang ditiadakan(panini) hilanglah(moksa ?) beliau Sang ngaji
raja sapalu ini
......menghancurkan(hanipuh) ketika beliau datang di negara Sapalu
pergi lenyap (panglunga) ke angkasa
...... beliau yang akan mengatur(menyampaikan)
....... teman (pengikut ) beliau Sang ngaji
........ sapalu
Dari diskusi dengan Tim Balar Denpasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa situs Wadu Tunti merupakan sebuah prasasti sakral yang berisi perjanjian untuk saling menghormati, menghargai dan tidak melanggar ketentuan yang telah digariskan bersama. Tidak boleh merusak dan menghancurkan karena akan hilang (Moksa) dengan sendirinya. Kata " melempar api, gugur " itu menunjukkan larangan untuk berperang dan menyulut api pertumpahan darah. Dalam kalimat " Beliau yang akan mengatur (menyampaikan) teman (pengikut) beliau Sang ngaji Sapalu " mengandung makna bahwa perjanjian itu hendaknya disampaikan kepada keseluruh rakyat dan pengikutnya.
Lalu siapakan Sangaji Sapalu dalam prasasti ini ? Mungkinkah di dataran Tinggi Donggo saat itu sudah ada sebuah kerajaan yang bernama Sapalu ? Bagaimana hubungannya dengan kerajaan Bima dan Dompo ?
Hal ini tentu akan terus diteliti. Kemudian yang berkaitan dengan telapak kaki gajah mada. Para Arkeolog itu mengatakan bahwa itu bukan bekas sebuah telapak kaki, tetapi hanya gejala alam yang terbentuk sejak lama dan membentuk menyerupai telapak kaki. Semoga bermanfaat.

Penulis : Alan Malingi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.