Potensi Madu Bima
Komposisi
kimia yang dikandung dalam Madu bergizi tinggi. Para ahli gizi menyebutkan,
nilai energi dari 100 gram madu sama dengan 294-328 Kalori. Nilai satu kilogram
madu sebanding dengan 50 butir telur, 24 buah pisang, 40 buah jeruk, 5,7 liter
susu segar dan 1,68 kg daging (Sumber Kompas, 1995). Madu yang sering
dikonsumsi dalam aneka kemasan di pasar dalam negeri Indonesia saat ini umumnya
berwarna merah. Di Bima, selain berwarna merah juga terdapat madu putih yang
jika disimpan agak lama akan mengkristal. Sehingga jenis madu ini disebut juga
Madu Kristal.
Madu Merah maupun putih terdapat di beberapa wilayah di
Bima seperti di Tambora, Sanggar, Parado, Donggo, Wera, dan Sape. Namun madu
yang cukup terkenal dan memiliki banyak areal perburuan adalah di kawasan
Sanggar dan Tambora. Di sekitar gunung Tambora terdapat kawasan hutan seluas
122.600 Ha yang ditumbuhi aneka pepohonan sebagai nekhtah madu dan koloni lebah
madu berkembang biak. Kawasan Sanggar dan Tambora merupakan sasaran utama
masyarakat Pulau Sumbawa untuk memanen madu. Mencapai lokasi lebah madu cukup
sulit. Para pemanen perlu memiliki fisik yang prima dan siap menerima resiko
jatuh dari pohon-pohon yang tinggi.
Untuk
memanjat pohon-pohon besar yang berdiamater sekitar delapan bentangan tangan
orang dewasa. Mereka membuat tangga dari kayu. Pemasangan tangga dilakukan
selama dua hari. Sehingga keberadaan mereka dihutan membutuhkan waktu sekitar 1
minggu. Sebelum lilin lebah diambil dari kumpulannya diperas untuk diambil
madunya. Sebelumnya lebah diusir dulu dengan cara membakar dedaunan. Lalu
didekatkan pada sarang lebah, sampai kawanan lebah meninggalkan sarangnya.
Lalu, anggota kelompok yang lain memanjat dan menurunkan lilin lebah
menggunakan Tima yang dikerek dengan tali. Kemudian di bawah pohon sudah ada
yang menunggu danmenyongsong hasil panen.
Menurut
penuturan warga di sekitar Tambora, hasil panen madu merah rata-rata mencapai
20-30 botol seminggu. Sedangkan madu putih 10 -20 botol. Harga madu merah per
botol Rp.100. 000. Sedangkan Madu Putih Rp. 150.000. Saat ini madu Bima
menghadapi berbagai macam persoalan. Hal itu disebabkan ekosistim di sekitar
Tambora yang memprihatinkan dengan adanya penebangan pohon. Disamping itu madu
Aspal juga beredar akibat ulah segelintir orang yang memikirkan kepentingan
probadi. Mereka mencampur Madu Asli dengan air gula atau cairan lainnya. Hal
ini tentunya mengancam keaslian Madu Bima.
Pelestariannya
perlu dipikirkan. Karena madu adalah primadona Bima untuk meningkatkan
pendapatan rakyat dan kontribusi bagi PAD. Meski pemanen madu bertarung dengan
ajal, namun selama ini mereka juga telah berkontribusi bagi pembangunan Daerah.
Pelestarian kawasan Sanggar dan Tambora sebagai sumber habitat lebah madu perlu
diupayakan baik oleh Pemkab. Bima, Dompu maupun elemen terkait. Sebab jika
tidak dilakukan Madu Bima, Madu Sumbawa hanya tinggal kenangan dan kita tidak
akan lagi dapat menikmatinya.
Penulis
: Alan Malingi
Sumber
: Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah
Post a Comment