Tambora Jakarta Dan Kisah Perjalanan Nuruddin
Tahukah
anda, kenapa salah satu wilayah di Ibukota Jakarta bernama Tambora ? Nama yang
sama dengan nama gunung Tambora di Bima-Dompu NTB yang sangat mashur dengan
letusan dahsyatnya pada tahun 1815. Kini, menjelang peringatan dua abad letusan
Tambora dan keberadaan Tambora Jakarta masa kini,
saya mencoba mengurai sejarah yang selama ini terpendam. Dalam Sejarah Bima,
Tambora Jakarta tidak bisa dilepaskan dengan peranan dan kisah perjuangan sultan
Nuruddin Abubakar Ali Syah, sultan Bima III yang memerintah pada tahun
1682-1687. Dalam
rangka membantu perang Trunojoyo, Nuruddin dikirim oleh ayahandanya Abdul Khair
Sirajuddin bersama kuda-kuda Bima sesuai permintaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Di
usia yang masih belia itu, Nuruddin telah merasakan pahit getirnya perjuangan
melawan Belanda. Di celah-celah perjuangan, Nuruddin memperdalam ilmu agama
pada anak cucu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati ) yang bermukim di
daerah Cirebon. Hal itu diperkuat oleh keterangan Dr.Noorduyn
dalam artikelnya “ Makassar And The Islamization Of Bima”, tercatat bahwa
Nuruddin dan 19 orang pasukannya ditawan oleh Belanda dan dibawa ke Batavia.Di
sana, Nuruddin dan pasukannya tidak ditawan dalam sel, namun dibiarkan
terlantar. Akhirnya mereka membangun pemukiman dan melakukan pernikahan dengan
penduduk setempat. Pemukiman itu, lama kelamaan berkembang dan mereka berinama
dengan Tambora. Karena Gunung Tambora adalah kebanggaan masyarakat Bima yang
terkenal dengan ilmu gaib dan gunung Apinya. Sampai sekarang, masih ada masjid
yang arsitekturnya masjid yang sama dengan arsitektur masjid di Bima pada
zamannya. Masjid itu kini telah menjadcagar budaya.
Setelah
membentuk pemukiman di Tambora Jakarta,
Nuruddin akhirnya pulang ke Bima dan dilantik menjadi sultan Bima pada bulan
Julhijjah 1093 H atau 1682 M. Nuruddin jatuh sakit dan hanya 6 tahun menjadi
sultan. Nuruddin Mangkat pada 13 Ramadhan 1099 atau 22 Juli 1687 dan dikuburkan
di kompleks pemakaman Tolobali.Meski
usia pemerintahannya singkat, hanya enam
tahun, namun perjuangan Nuruddin cukup berarti bagi perjuangan bangsa dan Negara
Indonesia. Nuruddin yang membantu Trunojoyo dan dibiarkan terlunta-lunta di
Batavia dan mendirikan perkampungan Tambora adalah potret perjuangan yang patut
dikenang oleh sejarah negeri ini. (Sumber : Sejarah Gowa, Abdul Razak Daeng Patundru, Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, M.Hilir Ismail)
Post a Comment