f Berdiri Di Lereng Sambori - Alan Malingi | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Berdiri Di Lereng Sambori



Mendaki Sambori adalah menemukan kembali ceceran mutiara budaya yang unik serta klenik. Sambori dan sekitarnya memang telah lama menjadi obyek penelitian baik dari segi sejarah maupun antropologi. Keunikannya mengundang mata dunia untuk mengamati kiprah perjalanan tradisi dan sentuhan artistic dari peninggalan peradaban masyarakat INGE NDAI ini.Keunikan Sambori dan sekitarnya tentu bukan hanya pada Uma Lengge, tapi sebenarnya lebih luas dari ruang lingkup Uma Lengge itu sendiri. Sambori yang dihuni oleh orang-orang yang ramah, rendah hati dan penuh semangat, berpadu dengan tangan-tangan perempuannya yang terampil mengolah aneka kerajinan tangan tradisional adalah bukti kekayaan tak ternilai dari masyarakat INGE NDAI ini. 

Berdiri Di Lereng Sambori  adalah merekam dan menemukan kembali jejak-jejak peradaban, budaya dan tradisi yang mulai memudar di tengah derasnya terpaan zaman globalisasi yang merambah relung-relung kehidupan manusia masa kini. Jejak yang tersisa itu adalah semangat kebersamaan rumpun budaya INGE NDAI, syair-syair kehidupan Belaleha, Arugele dan Kalero. Serta semangat patriotisme dan keperkasaan dalam rancah atraksi Mpa’a Manca dan Lanca. Kerajinan dan kreasi masyarakat masih tetap terjaga dalam memproduksi peralatan hidup secara tradisional yang cukup unik dan jarang ditemukan di suku-suku lainnya.
Berdiri Di Lereng Sambori  adalah mencoba berbaur dengan nyanyian lugu hamparan lembah dan lereng-lereng Lambitu yang berpadu dengan senyum ceria Ina-ina (Ibu) yang memakan sirih dan senyum manis gadis-gadis Lambitu yang keramas dengan kemiri dan santan kelapa. Berdiri Di Lereng  Sambori adalah menghirup kesejukan alam dan kedamaian batin memandang keindahan ciptaan Sang Khalik. Dari balik Bukit Sambori mata menyapu seluruh tanah Bima dengan hamparan Teluk Bima yang indah, tenang dan damai.
           

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.