Berdiri Di Lereng Sambori
Mendaki Sambori adalah menemukan
kembali ceceran mutiara budaya yang unik serta klenik. Sambori dan sekitarnya
memang telah lama menjadi obyek penelitian baik dari segi sejarah maupun
antropologi. Keunikannya mengundang mata dunia untuk mengamati kiprah
perjalanan tradisi dan sentuhan artistic dari peninggalan peradaban masyarakat
INGE NDAI ini.Keunikan Sambori dan
sekitarnya tentu bukan hanya pada Uma Lengge, tapi sebenarnya lebih luas dari
ruang lingkup Uma Lengge itu sendiri. Sambori yang dihuni oleh orang-orang yang
ramah, rendah hati dan penuh semangat, berpadu dengan tangan-tangan
perempuannya yang terampil mengolah aneka kerajinan tangan tradisional adalah bukti
kekayaan tak ternilai dari masyarakat INGE NDAI ini.
Berdiri Di Lereng Sambori adalah merekam dan menemukan kembali
jejak-jejak peradaban, budaya dan tradisi yang mulai memudar di tengah derasnya
terpaan zaman globalisasi yang merambah relung-relung kehidupan manusia masa
kini. Jejak yang tersisa itu adalah semangat kebersamaan rumpun budaya INGE
NDAI, syair-syair kehidupan Belaleha, Arugele dan Kalero. Serta semangat patriotisme
dan keperkasaan dalam rancah atraksi Mpa’a Manca dan Lanca. Kerajinan dan
kreasi masyarakat masih tetap terjaga dalam memproduksi peralatan hidup secara
tradisional yang cukup unik dan jarang ditemukan di suku-suku lainnya.
Berdiri Di Lereng Sambori adalah mencoba berbaur dengan nyanyian lugu
hamparan lembah dan lereng-lereng Lambitu yang berpadu dengan senyum ceria
Ina-ina (Ibu) yang memakan sirih dan senyum manis gadis-gadis Lambitu yang
keramas dengan kemiri dan santan kelapa. Berdiri Di Lereng Sambori adalah menghirup kesejukan alam dan
kedamaian batin memandang keindahan ciptaan Sang Khalik. Dari balik Bukit
Sambori mata menyapu seluruh tanah Bima dengan hamparan Teluk Bima yang indah,
tenang dan damai.
Post a Comment