Sambori Negeri Di Awan
Jika anda ingin melihat Negeri Di Awan, berkunjunglah ke Sambori.
Penasaran dengan keunikan tradisi dan keindahan panorama alam pegunungan
dengan persawahan yang bersusun-susun, Komunitas Jelajah yang juga
didukung Kampung Media Kota Bima berkunjung ke Sambori Minggu 20 Januari
2013. Ditemani kicau riang burung-burung rombongan menapakkan kaki di
Sambori sekitar pukul 11.00 Wita dan langsung menuju rumah kepala dusun
menyaksikan lantunan Belaleha, sejenis senandung yang dilantunkan oleh
para kaum wanita Sambori dan diperkirakan berusia ratusan tahun silam.
Setelah itu rombongan diajak menanam bersama yang warga dan diiringi senandung arugele yang cukup menghibur.” inilah negeri di awan, tampak kabut menyelimuti, dingin menusuk tulang, mata air yang jernih.” Ungkap Ketua Komunitas Jelajah, Ruslan, S.Sos. Usai Arugele, rombongan makan bersama warga di kompleks rumah tradisional Sambori, Uma Lengge. Setelah itu dilanjutkan dengan penyerahan Buku Sambori kepada Kades Sambori oleh Alan Malingi.
Setelah itu rombongan diajak menanam bersama yang warga dan diiringi senandung arugele yang cukup menghibur.” inilah negeri di awan, tampak kabut menyelimuti, dingin menusuk tulang, mata air yang jernih.” Ungkap Ketua Komunitas Jelajah, Ruslan, S.Sos. Usai Arugele, rombongan makan bersama warga di kompleks rumah tradisional Sambori, Uma Lengge. Setelah itu dilanjutkan dengan penyerahan Buku Sambori kepada Kades Sambori oleh Alan Malingi.
Sambori merupakan salah satu dari lima desa di lereng gunung
Lambitu di sebelah tenggara kota Bima.Ada dua fersi tentang nama Sambori. Fersi
pertama mengemukakan asal mula kata
Sambori adalah SAMBORE (Palu), yang
berarti adanya ketetapan hati dan
keputusan untuk tetap tinggal di lereng Lambitu dan tidak lagi
berpindah-pindah. Hal itu didasari kespekatan bersama dalam satu musyawarah
sehingga jatuhlah Sambore(Palu) kesepakatan itu. Fersi kedua, Sambori berasal
dari kata SAMPORI yang dalam bahasa Bima berarti melepaskan diri. Karena
setelah membangun pemukiman dan menemukan cara bercocok tanam yang menetap dengan
kondisi lereng Lambitu yang subur, mereka memutuskan untuk melepaskan diri dari
komunitas lainnya.
Sebelum pemekaran kecamatan pada tahun 2006, Sambori dan
sekitarnya masuk dalam wilayah kecamatan Wawo. Orang-orang Bima sering menyebut
dengan nama Wawo Tengah. Sambori dan desa-desa di sekitarnya terletak di
ketinggian 700 Meter di atas permukaan
laut. Memandang Sambori dari kejauhan seperti negeri yang menggantung
menyelinap dalam awan dan kabut. Dibalut keluguan dan keramahan warganya,
Sambori adalah pelepas rindu akan nyanyian alam yang syahdu bersahaja.
Desa Sambori berbatasan dengan Desa Renda kecamatan Belo
Kabupaten Bima di sebelah barat,dan hutan tutupan Arambolo di sebelah timur. Di
sebelah utara berbatasan dengan desa Teta sebagai ibukota kecamatan Lambitu,
dan di sebelah utara bersebelahan dengan desa Kawuwu kecamatan Langgudu. Desa
Sambori terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Lambitu yang dihuni 222 Kepala Keluarga dan Sambori Bawah (Dusun Lengge) yang dihuni
930 Jiwa serta 223 Kepala Keluarga.
Sebagai daerah puncak yang berjarak sekitar 44,3 KM, Sambori
potensial untuk pengembangan tanaman Bawang Putih, Jeruk , Alphokat, Rambutan,
Mangga, Pisang, Sawo, Jambu Batu serta tanaman lainnya.Di lereng Sambori
terdapat 275 pohon Jeruk, 300 pohon Alpukat, 450 pohon Mangga, 300 pohon
kelapa, 200 pohon pinang serta aneka pepohonan lainnya.
Di sector peternakan, kawasan Sambori sejak dulu memang
telah dikenal sebagai areal pengembalan ternak seperti kuda, kerba, Sapi dan
Unggas. Namun yang paling dominan digeluti warga Sambori dan sekitarnya adalah tanaman padi
dan Bawang Putih serta ternak Kerbau, Sapi, kambing dan jenis unggas. Berternak
memang telah menjadi tradisi turun temurun warga Sambori dan sekitarnya. Hal
itu dibuktikan dengan prototype Uma Lengge yang di lantai dasarnya memang
diperuntukkan untuk penyimpanan dan pemeliharaan ternak.
Desa Sambori memiliki luas sekitar 1.802 Ha atau sekitar
33,58 % dari luas wilayah kecamatan Lambitu. Sekitar 1.260 Ha adalah lahan
Sawah dan tegalan.Sisanya diperuntukkan untuk pemukiman dan prasarana umum,
perkebunan rakyat dan kawasan lindung seluas 736 Ha.Topografi wilayah Sambori
dan sekitarnya berbukit-bukit dan datar yang menyebar di sepanjang lereng
Gunung Lambitu. Suhu udara di Sambori rata-rata antara 20 hingga 25 C.
Berdasarkan Sensus Penduduk dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bima Tahun 2010, Jumlah penduduk desa Sambori sebanyak 1786 jiwa dengan jumlah penduduk
Laki-laki sebanyak 895 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 891 Jiwa. Jumlah
kepala keluarga sebanyak 440 KK yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani
dan peternak.
Post a Comment