"Pamaco" Resepsi Pernikahan Adat Bima
Ada
yang menyebutnya dengan Pamaco, ada yang menyebutnya dengan Tawori dan ada pula
yang menyebutnya dengan Jambuta. Kedua prosesi tersebut merupakan rangkaian
akhir dari prosesi pernikahan masyarakat Bima pada masa lalu. Saat ini lebih
akrab dikenal dengan Ramah Tamah atau Resepsi Pernikahan.Pada
masa lalu, Pamaco berlangsung di uma
ruka dihadiri oleh para sanak keluarga atau anggota keluarga saja. Dalam
upacara tawori atau pamaco, seluruh
keluarga akan datang memberikan sumbangan kepada penaganten baru untuk
dijadikan modal dalam mebina rumah tangganya.
Jenis barang yang disumbangkan
cukup beragam, seperti:
1. Hewan
ternak seperti kerbau, kuda dan kambing. Dalam upacara ini si penyumbang akan
menyerahkan secara simbolis dalam bentuk “ai
pote”. Yaitu seutas tali tradisional Mbojo yang dibuat dari serat waru yang
dililit rapi dengan menggunakan alat khas.
2. Bahan
makanan terutama padi, diberikan secara simbolis dengan menyerahkan sejumlah
helai bulir padi yang sudah kosong (bagian dari sungga). Dari jumlah helai
bulir padi (sungga) dapat diketahui jumlah sumbangan yang diberikan. Ada yang sakelo, dua kelo bahkan ada yang sawu’u. Sakelo sama dengan sampuru
kapi (sepuluh ikat). Sawuwu sama dengan sariwu
kapi (seribu ikat) atau sampuru kelo
(sepuluh kelo). Sajala sama dengan seratus kelo atau sampuru wuwu.
3. Bagi
keluarga yang tidak mampu, akan memberikan sumbangan yang
sesuai dengan kaadaan ekonomi mereka.
Pada masa kini, upacara tawori
atau pamaco dikenal dengan istilah rama tamah atau resepsi pernikahan telah
banyak mengalami pergeseran. Makna Pamaco lebih mengarah kepada pesta yang
identik dengan kemewahan dan gengsi. Pamaco orang kaya berbeda dengan orang
miskin. Sumbanngan yang diberikan oleh
undangan tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga penganten,
sehingga tujuan dari upacara sudah tidak sama dengan tujuan tawori atau pamaco
masa lalu.
Pada masa lalu tawori atau pamaco
hanya upacara untuk keluarga dalam
rangka mengumpulkan sumbangan untuk kedua penganten. Para handai taulan serta
kerabat di luar lingkungan keluarga sudah hadir pada mada rawi yaitu upacara lafa, sesuai dengan sunah Nabi yang menganjurkan kita
menghadiri upacara lafa (akad nikah).
Para kerabat dan seluruh masyarakat di sekitar sudah memberikan sumbanngan pada
awal pelaksanaan nika ro neku. Mereka
datang bermai – ramai untuk melaksanakan “teka
ro ne’e” (memberikan sumbangan).
Kita bayangkan saja amplop yang dimasukan di kotak yang disiapkan pada
acara resepsi banyak yang kosong. Tidak seimbang dengan makanan yang disantap
jika diuangkan bisa mencapai Rp.50.000. Jambuta dan Pamaco adalah warisan
budaya sebagai bagian dari Walimatul Urs dan tata nilai dalam membantu
pengantin baru sebagai modal untuk kehidupan rumah tangganya.
Post a Comment