f Jejak Tuan Imam - Alan Malingi | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Jejak Tuan Imam



K.H.Abdurrahman Idris atau yang dikenal dengan Tuan Imam lahir di desa Tente Kecamatan Woha pada tanggal 1 Agustus 1910  bertepatan Ramadhan 1328 H. Setelah Tamat Sekolah Desa di Tente pada tahun 1925, kemudian melanjutkan studinya pada Sekolah Guvernemen di Tente dan tamat pada tahun 1926.  Tahun 1927, berangkat ke tanah suci Mekah selain untuk melaksanakan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama selama 15 tahun pada 20 orang ulama terkenal antara lain Syekh Ali bin Husain Al maliky Al Makky, Syekh Umar Bin Hamdan Al adany Al Makky dan Syekh Muhammad Al Fathani. 

Disamping itu Abdurrahman Idris juga berguru pada ulama berasal dari Bima yang sudah lama menetap di Makkah yaitu Syekh Abubakar Ngali, Syekh Hamzah Cenggu dan Syekh Abidin Dodu. Selama berada di Makkah, ia mengajar di Masjidil Haram berdasarkan SK dari Pemerintah Saudi Arabia (1938-1941), dan mengajar di Darul Ulum Addiwiayah Makkah Al Mukarramah berdasarkan SK dari Direktur Darul Ulum Addiwiyah (1938-1941). 

Sebagai seorang ulama besar yang memiliki ilmu agama yang luas, kemampuannya dibidang ilmu fikih  diakui oleh para ulama seangkatannya. Selama di Mekkah, Abdurrahman Idris  juga berguru pada puluhan ulama terkenal yang memiliki latar belakang mazhab dan keahlian yang beragam. Karena itulah,beliau juga akhirnya tidak terikat pada salah satu mazhab. Semua pendapat dari golongan atau mazhab manapun akan dijadikan pegangan asalkan berpedoman pada Qur’an dan sunah rasul. Di samping belajar pada para ulama terkenal, beliau juga mengikuti pendidikan formal pada “Darul Ulum Addiniyah Mekah Al Mukarramah” (setingkat Aliyah). Beliau tamat dengan angka yang memuaskan pada tahun 1938. Karena itu diangkat menjadi guru di darul Ulum Addiniyah Mekkah Al Mukarramah sampai tahun 1941.

Tuan Imam ini kembali ke Daerah Bima pada bulan November 1941. Kehadiran Ulama muda yang baru berusia 31 tahun itu mendapat sambutan positif dari Sultan Muhammad Salahuddin. Pada tahun 1942 diangkat oleh Sultan Muhammad Salahuddin menjadi guru pada madrasah Darul Ulum Bima. Karena memiliki ilmi agama yang luas serta berakhlak mulia, H. Abdurrahman Idris diangkat oleh Sultan menjadi Imam Kesultanan Bima merangkap sebagai Ketua Badan Hukum Syara sejak tahun 1946-1951.

Di bidang Pemerintahan, pria yang murah senyum ini  pernah menjadi anggota Dewan Pemerintahan Kerajaan, menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Swapraja Bima ( 1950-1954). Kemudian menjadi kepala Kepala kantor Pendidikan Agama Daerah Pulau Sumbawa ( 1952-1959). Pada tahun 1959, kembali menjadi guru PGAAN sampai pensiun pada tahun 1961. Antara tahun 1970 – 1972 K.H.Abdurrahman Idris juga pernah enjadi dosen Fakultas Syari’ah Sunan Ampel Cabang Bima, Dosen FIAD Muhammadiyah Bima. Kemudian menjadi Ketua Yayasan Darul Hikmah Bima dan Ketua Mathlaul Anwar cabang Bima (1956-1967). Ketua yayasan Islam Kabupaten Bima (1973-1983), menjadi Ketua MUI Tingkat II Bima (1983-1992) dan masih banyak lagi jabatan keummatan yang diembannya.

Dari sekian banyak amal yang beliau lakukan setelah revolusi kemerdekaan, salah satunya yang patut dihargai ialah mendirikan yayasan Pesantren Darul Hikmah Bima pada tahun 1967. Yayasan yang  dirikannya   telah memiliki Pesantren darul hikmah yang kini dipimpin oleh puteranya H. Abdurrahim Haris MA.
Ulama besar yang telah melahirkan berbagai karya besar bagi ulama. Bangsa dan Negara ini, pada tanggal 14 Juli 1991 kembali ke alam baqa menghadap Yang maha Kuasa.

Penulis          : Alan Malingi

Narasumber : KH.Abdurrahim Haris, MA ( Ketua MUI Kabupaten Bima)
Daftar Pustaka :
1.    Prof.Dr.Syamsuddin Haris, Mengenal Tuan Guru Imam Haji Abdurrahman Idris,Pustaka Darul Hikmah, 2010
2.    M.Hilir Ismail, Naskah Tokoh-Tokoh Sejarah Lokal Bima, Zaman Perintis-zaman revolusi kemerdekaan 1611-1950).

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.