Sejarah Pembangunan Masjid Kesultanan Bima
Meski
diterpa berbagai persoalan politik,kemananan dan terancamnya kedaulatan Bima
atas hegemoni Belanda, namun Abdul Kadim telah mengikur tinta emas sejarah
islam di Bima yaitu Membangun Masjid Kesultanan dan Jum’at Khusyu. Sebelumnya
memang telah ada masjid kesultanan yang didirikan pada masa Sultan Abdul Khair
Sirajuddin sejak tahun 1640. Pekerjaan pembangunan masjid ini dipimpin oleh
qadi/lebe Sape Abdurrahim serta “Sara Hukum”. Karena pembangunan masjid yang
pertama, maka pembangunannya dikerjakan menurut tertib “ Rawi Sara Oleh Rakyat
“ Sa Pita Mbojo “.(Gotong Royong Masyarakat dibawah komando majelis adat)
Dalam
kurun waktu 106 tahun hingga masa pemerintahan Abdul Kadim tentu banyak masjid
yang dibangun. Tapi Sultan yang ke-8 inilah yang membangun masjid monumental
yaitu masjid kesultanan Bima di kampung sigi yang dibantu oleh wazir Ismail.
Untuk tidak mengurangi nilai historis masjid lama, maka Abdul Kadim dengan
bijaksana memindahkan masjid lama ke dekat istana. Tapi versi lain dari para
sejarahwan bahwa Abdul Kadim tidak memindahkan masjid lama tetapi membangun
yang baru.
Makam Sultan Abdul Kadim |
Dalam
Lontara no. 152 dan sebagaimana termaktub dalam BO Bumi Luma Rasanae diuraikan
bahwa perbaikan dan pemindahan masjid Jami kesultanan Bima dari kampung Temba
Dumpu ke kampung Nanga (Sekarang Kampung Sigi) dilakukan selama lima bulan.
Pembongkaran berlangsung dari 10 Desember 1778 hingga 5 januari 1779. Dulu,
atap masjid ini bersusun tiga sebagaimana terlukis dalam lukisan teluk Bima
karya A.J.Bik tahun 1821.Semestinya masjid ini diberinama Masjid Abdul Kadim.
Menurut
laporan G.R Rouffer yang melakukan penelitian sejarah dan situs-situs sejarah
di Bima pada tahun 1910 memperkuat kembali bahwa masjid di kampung Sigi itu
dibangun oleh Sultan Abdul Kadim. Dia menyebutkan bahwa terdapat tulisan emas
di atas dasar merah kea rah utara pada serambi masjid mulai dari pintu depan
sampai ke ruang dalam dengan transkirpsi sebagai berikut :
“ Hedjrat Al-Nabi Salallahu
alaihiwassalam saribou seratoes 49 enam belas hari boelan Dzoelhejah tatkala
itu as Sultan Abdul Kadim dan Wazir Ismail memboewat ini “
Pada laporan tersebut terdapat
catatan :
1. Ditulis
dengan huruf Arab cara membacanya dari arah kiri ke kanan
2. Dua
kali dibangun, 16 Dzulhijah = 15 April 1737
3. Benar
atau tidak, barangkali 94
(
H.Abdullah Tayib, BA, Sejarah Bima Dana Mbojo, hal = 224)
Bila
dikaitkan dengan masa pemerintahan Sultan Abdul Kadim dengan penanggalan dalam
skripsi, maka masjid itu dibangun 14 tahun lebih awal dari masa
pemerintahannnya. Perbedaan waktu tersebut mungkin saja terjadi karena
kekeliruan dalam transkripsi atau pencatat penanggalan skripsi yang kurang
cermat. Tetapi yang pasti bahwa masjid di kampung sigi itu dibangun oleh Sultan
Abdul Kadim dengan Wazir Ismail. Hal itu diperkuat pula dengan kenyataan bahwa
Sultan Abdul Kadim adalah sultan yang pertama dimakamkan di halaman masjid
tersebut. Pada batu nisan terdapat skripsi yang berbunyi “ Milik Sultan Abdul Kadim Yang Membangun Masjid Itu “ Masjid
it uterus dikembangkan oleh putranya Sultan Abdul Hamid dan cucunya Sultan
Ismail pada masa –masa selanjutnya
Penulis
: Alan Malingi
Sumber
:
1. Sejarah
Bima Dana Mbojo, H. Abdullah Tayib,BA
2. Ensklopedia
Bima, Muslimin Hamzah
3. Profil
Raja Dan Sultan Bima, M.Hilir Ismail & Alan Malingi
Post a Comment