11 Bahasa Di Nusa Tenggara Barat
Selamat Hari Bahasa Ibu Internsional. Sesuai harapan Kemdikbud RI melalui Badan Bahasa, mari kuasai Bahasa Asing, utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan Bahasa Daerah. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keragaman budaya, termasuk bahasa. Selain 3 suku besar yaitu Sasak, Samawa dan Mbojo, terdapat suku-suku lain yang hidup di wilayah ini seperti Bajo, Bali, Bugis, Jawa, sunda, Madura, Makassar, Batak, Minang, Manggarai, Flores, Timor, Makassar, Ambon, bahkan Tionghoa. Dari sejumlah suku yang mendiami dua pulau ( Lombok- sumbawa) di Nusa Tenggara Barat, terdapat 11 bahasa yang masih eksis dituturkan oleh warga Nusa Tenggara Barat saat ini sebagaimana dikutip dari laman Kemdikbud Republik Indonesia.
Bajo
Penutur bahasa
Bajo di NTB tersebar di Kabupaten Lombok Utara (Desa Gili Indah, Kecamatan
Pemenang dan Dusun Jambi Anom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung). Kabupaten
Lombok Timur (Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak).Kabupaten Sumbawa (Pulau
Kaung, Kecamatan Buer; Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat; Desa Labuhan
Lalar, Kecamatan Taliwang; Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Utan; Desa Pulau Bungin
Kecamatan Alas; Dusun Labuhan Padi, Desa Pukat, Kecamatan Utan; Kabupaten Sumbawa
Barat (Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano). Kabupaten Dompu (Pulau Nisa, Desa
Kwangko, Kecamatan Manggalewa dan Desa Soro, Kecamatan Kempo); dan Kabupaten
Bima (Desa Bajo, Kecamatan Soromandi serta Desa Bugis dan Desa Bajo Pulo,
Kecamatan Sape).
Bali
Penutur bahasa
Bali di NTB tersebar di dua pulau besar, yaitu di Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa. Penutur bahasa Bali di Pulau Lombok dapat dijumpai di Kabupaten Lombok
Barat, Lombok Utara, dan Kota Mataram. Di Lombok Barat bahasa Bali tersebar di
(i) Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari; Desa Narmada, Kecamatan Narmada;
(ii) Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong; (iii) Kelurahan Gerung Utara,Dusun
Rincung, Desa Banyu Urip, Dusun Rincung, Desa Tempos, Kecamatan Gerung; dan
(iv)Dusun Lamper, Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan.
Masyarakat penutur bahasa Bali di Pulau Sumbawa tersebar di Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kabupaten Dompu. Di Kabupaten Sumbawa, bahasa Bali tersebar di (i) Desa Sepayung, Kecamatan Plampang; (ii) Desa Uma Sima dan Desa Rhee, Kecamatan Sumbawa; (iii) Dusun Mekar Sari, Desa Batu Rotok, Kecamatan Batu Lanteh; serta (iv)Desa Lunyuk Rea dan Lunyuk Ode, Kecamatan Lunyuk. Sementara itu, di Kabupetan Sumbawa Barat bahasa Balidigunakan di Desa Kokarlian, Kecamatan Poto Tano. Di Kabupaten Dompu, bahasa Bali tersebar di Desa Taropo, Kecamatan Kilo; Songgaja, Kecamatan Kempo; Banggo, Kecamatan Manggalewa; dan Kelurahan Simpasai, Kecamatan Woja.
Bima
Bahasa Bima
(Mbojo) dituturkan oleh etnik Bima (Mbojo) yang mendiami wilayah Kabupaten
Bima, termasuk Kota Bima, dan Kabupaten Dompu di Pulau Sumbawa sebelah timur,
Provinsi NTB. Selain
tersebar di tanah asalnya, bahasa Bima juga tersebar di beberapa wilayah lain
di Provinsi NTB, seperti di Kabupaten Sumbawa dan Pulau Lombok. Bahasa Bima
juga dituturkan di Provinsi NTT (Reo dan Pota, Manggarai).
Bugis
Penutur bahasa Bugis yang terdapat di
Provinsi NTB adalah masyarakat yang berada di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Di Pulau Lombok bahasa Bugis dituturkan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten
Lombok Barat, tepatnya di Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong dan di Kabupaten
Lombok Timur tepatnya di Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji; Desa Labuhan
Lombok, Kecamatan Pringgabaya; Desa Keruak, Kecamatan Keruak. Sementara itu,
bahasa Bugis di Pulau Sumbawa tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten
Sumbawa, Bima, dan Dompu. Bahasa Bugis di Kabupaten Sumbawa dituturkan di Desa
Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat dan Desa Labuan Alas, Kecamatan Alas; Dusun
Labuhan Jontal dan Desa Teluk Santong, Kecamatan Plampang, dan Desa Labuhan
Jambu, Kecamatan Tarano, sedangkan bahasa Bugis di Kabupaten Bima dapat
dijumpai di Desa Bugis, Kecamatan Sape. Adapun di Kabupaten Dompu, bahasa Bugis
dapat dijumpai di Desa Soro, Kecamatan Kempo.
Jawa
Bahasa Jawa yang
dituturkan di Provinsi NTB diidentifikasi memiliki tiga dialek, yaitu (1)
dialek Praya dituturkan di Pulau Lombok, tepatnya di Desa Praya, Kabupaten
Lombok Tengah; Kelurahan Uma Sima, Kabupaten Sumbawa; Desa Songgaja, Kecamatan
Kempo, Kabupaten Dompu; (2) dialek Sakra dituturkan di Desa Sakra, Kabupaten
Lombok Timur; dan (3) dialek Sepayung dituturkan di Desa Sepayung, Kecamatan
Plampang, Kabupaten Sumbawa. Persentase perbedaan antartiga dialek tersebut
berkisar antara 51%—79%. Selain itu, bahasa Jawa yang berada di Provinsi NTB
dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di DIY
dan Surakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60% (beda dialek).
Madura
Di Provinsi NTB, bahasa Madura dituturkan di Pulau Sumbawa. Penutur bahasa itu tersebar di tiga wilayah Kabupaten Sumbawa, yaitu Kelurahan Brang Bara, Kelurahan Bugis, dan Desa Luar. Secara umum daerah-daerah tersebut terletak di wilayah perkotaan dengan topografi dataran. Jumlah etnik Madura yang berada di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2007 sebanyak 227 kepala keluarga (KK). Bahasa Madura yang dituturkan di Sumbawa berasal dari Dusun Cokolan, Desa Gigir, Kecamatan Belega, Bangkalan, Pulau Madura, dan beberapa daerah lain di Jawa Timur.
Makassar
Isolek Makassar yang
ada di NTB merupakan bahasa Makassar dialek Selayar yang bertanah asal di
Pulau Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Isolek Makassar dituturkan oleh
masyarakat yang berada di Provinsi NTB, yaitu di Kabupaten Sumbawa dan
Kabupaten Sumbawa Barat.Isolek Makassar di NTB terdiri atas tiga dialek,
yaitu dialek Kertasari yang dituturkan di Desa Labuhan Kertasari, Kecamatan
Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat; dialek Labuhan Mapin yang dituturkan di
Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa; dialek Labuhan
Burung yang dituturkan di Desa Labuhan Burung, Kecamatan Buer, dan Desa
Pukat, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Mandarin Ampenan Bahasa Mandarin Ampenan yang ada
di Provinsi NTB dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kampung Cina,
Kelurahan Ampenan Tengah. Dari segi etnik dan penamaan bahasa, etnik Tionghoa
yang berada di Kampung Cina tersebut menyebut bahasa yang mereka gunakan
sebagai bahasa Mandarin atau Tionghoa, bukan sebagai bahasa Cina. Menurut
mereka, bahasa Cina terdengar lebih kasar jika dibandingkan dengan bahasa
Mandarin atau Tionghoa. Melayu Di Provinsi NTB bahasa Melayu
dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kampung Melayu, Kelurahan Ampenan
Tengah, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Hasil penghitungan dialektometri
yang membandingkan bahasa Melayu di NTB dengan bahasa Melayu di Provinsi Riau
(Kepulauan Riau) memperlihatkan perbedaan dialek dengan persentase perbedaan
berkisar antara 65,50%—79,75%. Sasak Tanah asal bahasa Sasak berada di
Pulau Lombok. Dari segi kualitatif, berdasarkan ciri-ciri kesamaan linguistik
yang berupa inovasi dan retensi bersama, secara fonologis bahasa Sasak
memiliki empat variasi dialek, yaitu dialek [a-a], [a-â], [â-â], dan [a-o].
Hal itu terbukti dari adanya bentuk seperti mata, matâ, mâtâ, mato ‘mata’;
apa, apâ, âpâ, apo ‘apa’. Dialek [a-a] menyebar di daerah Pegunungan
Sembalun, Bayan, Tanjung sampai ke Pringgasela, dari Sokong sampai ke Tebango
dan sebagian di Lombok Timur, misalnya, Suralaga, Dasan Borok; Dialek [a-â]
menyebar dari barat ke timur Pulau Lombok; dari Tanjung sampai ke
Pringgasela, dan merupakan dialek yang penuturnya mayoritas jika dibandingkan
dengan ketiga dialek yang lain (dialek itu merupakan dialek standar karena di
samping digunakan di pusat kekuasaan/ibu kota provinsi, sebaran geografisnya
yang luas, jumlah penuturnya yang lebih besar juga digunakan dalam media
massa cetak dan elektronik). Penutur dialek [â-â] tersebar pada sebagian
kecil wilayah Lombok Barat: Bajur; Lombok Tengah dan Timur, misalnya di Desa
Selaparang, Pengadang, Langko, Pohgading; Penutur dialek [a-o] tersebar di
wilayah Lombok Tengah: Aik Bukaq, Bujak, Peresak. Pembagian atas empat ciri
fonologis itu dapat menjelaskan secara historis tentang interaksi penutur
asli Sasak (dialek a-a) dengan penutur bahasa lain. Misalnya, interaksi
dengan penutur bahasa Jawa yang ditandai oleh varian fonologis [a-o] dan
interaksi dengan penutur bahasa Bali yang ditandai oleh varian [a-â], [â-â]. Di Pulau Sumbawa, bahasa Sasak dituturkan
oleh masyarakat Sasak yang menjadi transmigran baik di kabupaten Sumbawa,
Sumbawa Barat, Dompu( sebagian di
desa-desa wilayah kecamatan Kempo dan Pekat ) dan Kabupaten Bima ( sebagian
di desa-desa di wilayah kecamatan Sanggar dan Tambora) Sumbawa Bahasa
Sumbawa dituturkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Sumbawa bagian barat,
mulai dari Kecamatan Plampang sampai Desa Tongo di ujung paling barat Pulau
Sumbawa. Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu sebagai berikut. (1)
Dialek Sumbawa Besar terbentang dari barat ke timur (Kabupaten Sumbawa
Besar), mulai dari Desa Seran hingga Desa Banda, kecuali di Desa Emang
Lestari, Kecamatan Lunyuk dan Desa Lebangkar, Kecamatan Ropang. Penutur
dialek tersebut merupakan penutur mayoritas jika dibandingkan dengan ketiga
dialek yang lain. Dialek Sumbawa Besar merupakan dialek standar. Selain
digunakan di pusat kekuasaan (ibu kota kabupaten), sebelum Kabupaten Sumbawa
Barat dibentuk, dialek Sumba Besar digunakan juga dalam media massa, baik cetak
maupun elektronik serta dalam dunia kesenian dan kesastraan, seperti cerita
rakyat dan musik tradisional. (2) Dialek Taliwang dituturkan di Desa Banjar,
Mura, Seminar Salit, Meraran, Air Suning, dan Mantar. (3) Dialek Jereweh
dituturkan di Kecamatan Jereweh dan Desa Labuhan Lalar. (4) Dialek Tongo
dituturkan di lima daerah pengamatan, yaitu di Dusun Karang Nangka Lanung
(Singa), Desa Benete, Desa Tatar, Desa Tongo, Desa Emang Lestari, dan Desa
Lebangkar. Persentase perbedaan antarempat dialek tersebut berkisar antara
65%--80%. Selamat Hari Bahasa Ibu Internasional Selamatkan Bahasa Ibu.....! Dikutipdari: https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?idb=218&idp=Nusa%20Tenggara%20Barat |
|
|
Post a Comment