Rahasia Kekokohan Bangunan Asi Mbojo
Asi Mbojo ( Istana Bima) yang kini menjadi Museum dibangun pada tahun 1927 hingga 1929 dan resmi dimanfaatkan pada tahun 1930. Asi Mbojo dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin ( 1915-1951), merupakan istana terakhir dari puluhan Istana Bima pada masanya. Pelaksana proyek pembangunan adalah seorang Bumi Jero, salah satu jabatan yang menangani pembangunan dan pertukangan semacam PUPR kalau saat ini. Arsitek pembangunan Asi Mbojo adalah seorang Belanda keturunan Ambon yang bernama Obsister Rehata.
Mengapa Asi Haju ( Istana Kayu ) diganti dengan Asi Wadu ( Istana Batu ) ?. Tentunya tidak terlepas dari tren zaman saat itu dimana Pemerintah Hindia Belanda mulai mengenalkan bangunan bangunan permanen dari batu, bata dan semen di seluruh wilayah Hindia Belanda. Bangunan dengan model Eropa ini rupanya memantik perhatian Sultan Muhammas Salahuddin untuk merubah istananya dari bangunan konstruksi kayu disesuaikan dengan tren zaman. Jiwa visioner dan moderat Sultan Muhammad Salahuddin menjadi penyebab perubahan besar-besaran pada konstruksi bangunan Asi Mbojo. Ciri bangunan Asi Mbojo cukup unik, atapnya tetap mempertahankan ciri khas bangunan tradisional Mbojo. Sedangkan bagian bangunannya dengan gaya arsitektur Belanda ( Eropa). Maka Asi Mbojo adalah perpaduan Bima dan Eropa.
Sultan Muhammad Salahuddin seorang berjiwa nasionalis. Sultan yang dijuluki Ma Kakidi Agama( Yang Menegakkan Agama) ini tidak memandang latar belakang agama, suku dan ras seseorang asalkan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan Bima.Beliau menghadirkan Obsister Rehata sebagai arsitek Asi Mbojo dan guru-guru beragama nasrani untuk mengajar ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah di Bima. Bahkan fasilitasi perumahan disiapkan untuk mereka. Visi pemikiran Sultan Muhammad Salahuddin juga jauh melintasi batas peradaban bahwa Asi Mbojo yang dibangun itu akan dimanfaatkan dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Asi Mbojo telah berusia 94 tahun. Bangunan
bersejarah itu berada di tepi teluk Bima
yang indah,tenang dan damai. Dia tetap selalu mendendangkan syair keluguan masa
silam untuk dikenang dari generasi ke generasi. Apa rahasia kekokohan Bangunan
Asi Mbojo ? Berikut beberapa filosofi, konsep desain, material dan sistim kerja
dari para arsitek dan pekerja pada saat itu.
Karawi Kaboju
Berlandaskan falsafah “ Kese Tahopu Dua, Dua
Tahopu Tolu “ artinya sendiri lebih baik berdua, berdua lebih bertiga. Falsafah
ini adalah sumber semangat karawi kaboju ( Gotong Royong) di kalangan
masyarakat Bima. Semangat kekeluargaan, kerja sama, gotong royong dan
kekompakkan mewarnai pembangunan fasilitas publik untuk hajat bersama. Rakyat
dari berbagai wilayah memadati Asi Mbojo untuk bergotong royong membangun
istana untuk kepentingan pemerintahan, sosial kemasyarakatan, budaya dan pusat
syiar islam. Istana adalah kebanggaan dan kenangan bersama, maka dikerjakan secara gotong royong.
Semangat Ka lu’u Rima dan Ra’a Rima
Kalu’u Rima adalah memasukan tangan . Ra’a Rima
adalah bekas tangan. Kalu’u Rima dan Ra’a Rima adalah semangat untuk mengambil
peran dalam pembangunan. Dari masing-masing individu mengambil peran maka akan
ada jejak dan bekas tangan atau hasil pekerjaan yang akan dilihat dan dinikmati
bersama. Maka berbondong bondong masyarakat datang membantu proses pembangunan
Asi Mbojo yang dipandu oleh Sang Arsitek dan Bumi Jero.
Desain
Seorang Rehatta sangat mumpuni dalam mendesain
Asi Mbojo. Sebelum membuat sketsa desain, rupanya dia memperhatikan
kondisi wilayah di lokasi bangunan yang akan dibangun. Pasalnya, setiap wilayah
memiliki kondisi Berbeda - beda, dari kondisi tanah hingga kondisi lingkungan dimana lokasi yang harus strategis,
keberadaan sungai, laut dan lainnya sampai pada peluang penataan wilayah
kedepan.
Teliti
Dalam
membangun Bangunan yang kukuh tidak lepas dari ketelitian para pekerja yang
membangunnya. Setiap bagian bangunan dibangun sesuai rancangan bangunan yang
sudah dihitung detail. Pondasi bangunan dipastikan presisi, artinya tidak ada
yang melenceng sehingga bangunan bisa kuat terpancang dalam jangka waktu lama. Ketelitian juga dapat dilihat dari jendela dan
pintu di Asi Mbojo yang sangat rapi, halus dan eksotik padahal pada masa itu
dikerjakan secara manual tanpa mesin potong kayu seperti saat ini.
Bahan
Jika ditilik dari bahan bangunan era Hindia
Belanda di tempat lainnya, kemungkinan material pembangunan Asi Mbojo dibuat
dari semen racikan terbuat dari racikan semen merah dan batu gamping. Batu-bata
merah juga dihancurkan menjadi serbuk yang dicampur adonan semen. Campuran
inilah yang digunakan sebagai perekat bahan bangunan sehingga bangunan menjadi
kukuh.(www.jagobangunan.com). Di
beberapa bangunan Belanda di Bima, di bagian dalam juga menggunakan bedek dari bambu muda seperti di bangunan
SMAN 1 Kota Bima. Batu yang digunakan berkualitas dengan dibersihkan sebelum
digunakan sampai tidak terlihat kotor. Serpihan kotoran di bagian permukaan akan membuat batu tidak bisa merekat kuat dan kurang
presisi. Jika batu dalam kondisi baik, maka kekukuhan
bangunan akan terjamin.
Disiplin Dan Jujur
Kedisiplinan dan kejujuran merupakan kunci
dalam setiap derap pembangunan. Dua hal itu adalah bagian tidak terpisahkan
dari etos kerja kala itu. Disiplin seluruh komponen
dalam sebuah pembangunan sangat penting terutama kapan memulai, tepat waktu,
kapan istirahat dan kapan memulai kembali pekerjaan. Sumber dana pembangunan
Asi Mbojo adalah dari tanah kesultanan dan uang pribadi Sultan menunjukkan
bahwa pembangunan Asi Mbojo dibangun dengan dana yang pas-pasan, maka
dibutuhkan disiplin dan jujur sehingga target pembangunan dapat terlaksana.
Nilai kejujuran sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Bung Hatta berpesan, kejujuran di atas segala galanya.Kurang cerdas dapat diperbaiki
dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun
tidak jujur itu sulit diperbaiki. Maka Asi
Mbojo masih tetap kokoh berdiri mengawal perubahan zaman hingga saat ini
merupakan buah dari etos kerja masyarakat pada masa itu.
Kini Asi Mbojo
masih tetap kokoh berdiri. Setiap hari generasi berkumpul dan memanfaatkan
ruang dan halaman Asi Mbojo untuk berswafoto, pra weding, membuat video,
berdiskusi, bermain, balajar dan bahkan menikmati sunset. Meskipun sudah banyak
berdiri bangunan dengan berbagai tipe di sekitarnya, Asi Mbojo masih tetap
memancarkan aura dan kewibawaannya.
Belajar dari
kokokohan bangunan Asi Mbojo dan bangunan peninggalan yang se- zaman, dapat
kita petik beberapa hal yaitu semangat gotong royong perlu digalakkan kembali
dalam derap pembangunan. Sebab saat ini, orientasi sistim proyek dalam
penyelesaian pembangunan fisik telah menggeser semangat gotong royong di tengah
masyarakat. Nilai dispilin dan jujur adalah kunci keberkahan dalam pembangunan.
Masyarakat Bima pada masa lalu mengerjakan sesuatu diniatkan secara ihlas
membangun dan ada hasil ( Ra’a Rima) untuk dikenang. Saat ini kecenderungan
berapa keuntungan yang didapatkan dalam setiap pekerjaan telah mendominasi alam
pemikiran para pelaksana sehingga bangunan, jembatan dan fasilitas lainnya
tidak bertahan lama. Maka re-orientasi etos kerja dalam pembangunan dengan
mengedepankan semangat gotong royong, disiplin dan kejujuran perlu kita galang
kembali.
Sumber :
1. Rahasia Kukuhnya Bangunan Peninggalan Belanda ( www.jagobangunan.com )
2. Tanto Partanto
Post a Comment